Selasa, 26 April 2011

PUISI PASKAH

oleh: Ulil Absar Abdala.

Ia yang rebah, di pangkuan perawan suci, bangkit setelah tiga hari, melawan mati.
Ia yang lemah, menghidupkan harapan yang nyaris punah.
Ia yang maha lemah, jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah, deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi, setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke langit suci, terbalut kain merah kirmizi: Cintailah aku!

Mereka bertengkar tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku, tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu, 

terus mengingatkanku:
Bahkan Ia pun menderita, bersama yang nista.

Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu --
mereka semua guru2ku, yg mengajarku ttg keluasan dunia, dan cinta.
Penyakitmu, wahai kaum beriman:
Kalian mudah puas diri, pongah, jumawa, bagai burung merak.
Kalian gemar menghakimi!
Tubuh yg mengucur darah di kayu itu, bukan burung merak.

Ia mengajar kita, tentang cinta, untuk mereka yang disesatkan dan dinista.
Penderitaan kadang mengajarmu tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab suci, kerap membuatmu merasa paling suci.
Ya, Jesusmu adalah juga Jesusku.

Ia telah menebusku dari iman yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!

Semoga Semua Hidup Berbahagia dalam kasih Tuhan
 

Selasa, 12 April 2011

IMAN KATOLIK

Iman Katolik itu adalah HUBUNGAN PRIBADI dengan Tuhan. Tapi dalam iman Katolik, hubungan pribadi itu dalam sebuah kebersamaan Gereja. Iman Katolik bukan iman yang hubungan pribadi dengan Tuhan yang individual. Juga iman Katolik itu bersifat sejarah keselamatan.

Oleh karena itu, dalam penghayatannya dalam dunia majemuk perlu disadari bersama. Bahwa ada pengalaman dengan alam semesta dsb yang boleh jadi meneguhkan iman katolik kita, itu perlu ditata dalam kerangka hubungan pribadi masing-masing kita dengan Tuhan (tidak terjebak justru pelan-pelan menggeser iman katolik), dalam proses sejarah keselamatan yang juga menjadi sejarah hidup Gereja dan sejarah hidup masing-masing kita, dan juga dalam kesadaran iman katolik sebagai sebuah kebersamaan dalam Gereja.

Iman katolik sebagai hubungan pribadi dengan Tuhan dapat disimak dalam panggilan Musa, panggilan nabi Yesaya, juga panggilan para rasul, dan juga peristiwa panggilan Paulus dll. Semua adalah kontak pribadi - hubungan pribadi antara Tuhan dg manusia.

Kebersamaan itu tampak justru dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Kebersamaan itu dihayati dalam Gereja yang masih berjuang di dunia, Gereja yang sudah bahagia di sorga dan Gereja yang masih butuh penyucian di api penyucian. Oleh karena itu, dalam iman katolik tidak ada konsep beriman individual, di mana orang bisa hidup beriman katolik dalam kesendiriannya tanpa menggereja.

Sejarah keselamatan terus berjalan dalam sejarah dari alfa sampai omega. Jadi tidak sesuai bila orang mengibaratkan sebagai roda yang mana ada bagian yang kadang di atas, kadang dibawah. Juga tidak bisa dihayati sebagai hal yang tetap-statis, tetapi selalu bersama dalam hubungan pribadi dengan Tuhan yang bangkit dan hidup. TRADISI Suci dalam Gereja itu adalah wujud iman katolik yang terus menyejarah.

Banyak gagasan disampaikan, baik secara lisan dalam bentuk ceramah, juga dari para motivator, dan ada yang dituliskan sebagai buku atau teks lain, bisa di internet dsb yang penyebarannya bisa luas dan intensif.  Tidak semua gagasan perlu diimani. Seperti halnya orang belajar ilmu-ilmu di sekolah, semua itu berguna untuk manusia, tapi bukan iman katolik. Bahkan seorang dapat mempelajari ilmu agama-agama yang ada di dunia ini, tapi semua pengetahuan itu bukan iman katolik.

Semoga banyak gagasan yang dimunculkan tetap dalam posisinya sebagai hal yang boleh dan bisa terjadi di dunia manusia yang rasional dan manusiawi, tetapi iman katolik itu hubungan pribadi dg Tuhan (Yang adalah Pribadi), dalam kesatuan Gereja, dan dihayati dalam sejarah keselamatan.

Senin, 11 April 2011

BEBERAPA POKOK PEMIKIRAN DASAR

Pembinaan Iman Umat Katolik Unpar
Beberapa Pokok Pemikiran Dasar
 
UNPAR bukanlah suatu komunitas religius, namun bukan pula melulu suatu komunitas ilmiah. Keberadaannya di tengah masyarakat Pasundan membuat UNPAR sebagai institusi pendidikan tinggi harus bersikap netral, sesuai dengan arahan para pendirinya. UNPAR telah mengembangkan sikap sebagai suatu komunitas insaniah, dimana semua orang – tanpa memandang latar belakang agamanya – dapat bekerjasama demi pengembangan  dan pengamalan ilmu secara bebas dan harmonis. Dengan demikian nilai-nilai kristiani harus diamalkan secara implisit melalui para pribadi sivitas akademikanya, dan oleh karenanya sungguh diperlukan suatu ketahanan iman dari masing-masing pribadi kristianinya.
 
Sejak beberapa tahun belakangan ini, seiring dengan kemajuan ilmu, intelektualitas dan profesionalitas, muncul kecemasan dan keprihatinan yang semakin besar akan proses pemikiran rohani dan lunturnya rasa kesatuan komunitas kristiani dalam kalangan warga katolik UNPAR. Keprihatinan tadi telah mendorong beberapa orang warga UNPAR (mahasiswa, karyawan dan dosen) untuk berkumpul dan memikirkan langkah-langkah guna usaha rekonsiliasi dan pembinaan iman. Secara informal terbentuklah suatu Kelompok Pelayan Umat Katolik UNPAR.
 
Menghormati prinsip yang dianut UNPAR hingga dewasa ini, Kelompok Pelayanan tadi merencanakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan di luar jalur institusional UNPAR. Dicita-citakan untuk suatu waktu kelak, kegiatan pelayanan itu dapat dilakukan dalam struktur Paroki Universitas, suatu bentuk paroki kategorial dalam Keuskupan Bandung, yang umatnya merupakan satu totalitas utuh yang terbentuk dari unsur-unsur mahasiswa, karyawan dan dosen, yang bukan sekedar sebuah gereja mahasiswa. Dengan demikian akan diperoleh suatu keleluasaan gerak bagi umat katolik UNPAR untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai kaum intelektualitas kristiani, langsung di bawah bimbingan gembalanya: Bapa Uskup Bandung.
 
Bentuk-bentuk kegiatan kerasulan yang dapat dikembangkan cukup banyak, namun untuk menemukan mana yang paling memenuhi aspirasi umat, perlu diadakan banyak proses dan forum dialog yang dapat membangkitkan kreativitas umat.
 
Secara rutin perlu diadakan kegiatan umum yang bersifat membina kesatuan komunitas katolik UNPAR (seperti misa kudus, rekoleksi, retret dan ziarah). Perlu pula dikembangkan banyak kegiatan khusus untuk membina  iman dan penalaran pada kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan fungsi, minat, unit, atau bidang keilmuan (seperti kelompok diskusi, latihan kepemimpinan, bible camp, ibadat sabda, dan sebagainya). Pada prinsipnya kegiatan-kegiatan rutin maupun insidental yang kini telah hidup dan berkembang di kalangan umat katolik UNPAR akan lebih dikoordinasikan dan dikembangkan lebih lanjut. Guna memperlancar komunikasi, perlu diterbitkan suatu buletin informaasi secara rutin, serta perlu dibina suatu jaringan kontak personal yang baik, yang dapat menjangkau seluruh lapisan umat katolik UNPAR secara cepat dan menyeluruh (misalnya melalui mailing list).
 
Untuk mendukung semua kegiatan seperti tersebut di atas diperlukan sejumlah dana yang mencukupi. Bantuan dana dari pihak lain (seperti lembaga UNPAR, APTIK, Keuskupan Bandung, donatur dan sponsor) tentu sangat dibutuhkan, terutama untuk mendukung kegiatan-kegiatan besar yang memerlukan dana yang tidak sedikit. Namun demikian, lambat laun dan sedikit demi sedikit umat katolik UNPAR harus dapat menunjukkan kemandiriannya, bahkan suatu waktu kelak harus dapat membantu Gereja dan umat katolik yang lebih luas lagi. Oleh karena itu bentuk dana kolektif harus mulai dihimpun secara rutin, yang sifatnya sukarela, dikumpulkan secara informal dari anggota umat sendiri, dan dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada seluruh umat. Dana solidaritas umat ini akan digunakan untuk membiaya pengeluaran rutin (seperti penerbitan buletin, sumbangan sosial gerejani, rapat-rapat koordinasi, pertemuan kelompok), dan untuk menyokong sebagian kebutuhan dana penyelenggaraan kegiatan-kegiatan besar lainnya.
 
Usaha-usaha kaum awam dari bawah ini tentu tidak akan lancar dan efektif bila tidak memperoleh dukungan dan bimbingan dari pihak institusi UNPAR sendiri (yayasan dan pimpinan universitas), dari pihak hirarki gerejani Keuskupan Bandung (Uskup, Provinsial dan kaum rohaniwan-rohaniwati), dan dari umatnya sendiri. Selain itu harus pula disadari, bahwa usaha pembinaan iman dan pembinaan komunitas adalah suatu proses yang harus terus menerus dijaga kesinambungannya, agar tidak kehilangan – bahkan dapat menciptakan – banyak momentum yang sangat berharga. Tepat seperti gelora samudera, terjadi dari gemuruh ombak-ombaknya, demikian juga kesucian karya merasul itu dibangun dengan keutamaan-keutamaan pribadi kita.
 
Semoga Tuhan memberkati dan menjaga api yang telah mulai menyala ini, sebab hanya bagi-Nya semua ini diusahakan dan dipersembahkan.
Amin.

Kamis, 07 April 2011

SURVEY KE PAJAR MATARAM

Perburuan tempat ziarah kembali dilakukan pada tgl. 1-3 April 2011 yang lalu, kali ini ke Lampung Tengah, di Bandar Jaya. Dari Bandar Jaya masih 16 km lagi menuju lokasi Gua Maria Pajar Mataram.


Dari Lampung Selatan, daerah Pringsewu, ke Gua Maria Pajar Mataram, daerah Lampung Tengah, pulang-pergi sekitar 260 km. 

Mengingat jarak yang begitu jauh dan memerlukan waktu yang hampir seharian, dengan kondisi jalan yang rusah berat, maka acara ke Gua Maria Pajar Mataram kita batalkan.

Sebagai gantinya kita akan kembali napak tilas di Gua Maria Laverna, yang telah pernah kita kunjungi pada tahun 2003 yang lalu. Tempat rekoleksi yang nyaman, Gua Maria yang baru, dan team rekoleksi yang profesional akan menghanyutkan spiritualitas kita masing-masing.

Berbeda dengan 8 tahun yang lalu dengan 80 orang peserta, kali ini kita hanya akan berangkat dengan satu bus, dengan 45 orang peserta saja. Kecuali demi mudahnya koordinasi, rasanya mengurus 2 bus akan lebih sulit, tetapi juga animo warga spukat sekarang berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu. Sikap apatis-minimalis yang melanda hidup kerja kita rupanya sudah menjalari jiwa-rohani kita juga.

Semoga dengan kegiatan seperti ini secara rutin, dapat sedikit mengobati rasa rindu kita akan kebersamaan, kekeluargaan kita.