Pembinaan Iman Umat Katolik Unpar
Beberapa Pokok Pemikiran Dasar
UNPAR bukanlah suatu komunitas religius, namun bukan pula melulu suatu komunitas ilmiah. Keberadaannya di tengah masyarakat Pasundan membuat UNPAR sebagai institusi pendidikan tinggi harus bersikap netral, sesuai dengan arahan para pendirinya. UNPAR telah mengembangkan sikap sebagai suatu komunitas insaniah, dimana semua orang – tanpa memandang latar belakang agamanya – dapat bekerjasama demi pengembangan dan pengamalan ilmu secara bebas dan harmonis. Dengan demikian nilai-nilai kristiani harus diamalkan secara implisit melalui para pribadi sivitas akademikanya, dan oleh karenanya sungguh diperlukan suatu ketahanan iman dari masing-masing pribadi kristianinya.
Sejak beberapa tahun belakangan ini, seiring dengan kemajuan ilmu, intelektualitas dan profesionalitas, muncul kecemasan dan keprihatinan yang semakin besar akan proses pemikiran rohani dan lunturnya rasa kesatuan komunitas kristiani dalam kalangan warga katolik UNPAR. Keprihatinan tadi telah mendorong beberapa orang warga UNPAR (mahasiswa, karyawan dan dosen) untuk berkumpul dan memikirkan langkah-langkah guna usaha rekonsiliasi dan pembinaan iman. Secara informal terbentuklah suatu Kelompok Pelayan Umat Katolik UNPAR.
Menghormati prinsip yang dianut UNPAR hingga dewasa ini, Kelompok Pelayanan tadi merencanakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan di luar jalur institusional UNPAR. Dicita-citakan untuk suatu waktu kelak, kegiatan pelayanan itu dapat dilakukan dalam struktur Paroki Universitas, suatu bentuk paroki kategorial dalam Keuskupan Bandung, yang umatnya merupakan satu totalitas utuh yang terbentuk dari unsur-unsur mahasiswa, karyawan dan dosen, yang bukan sekedar sebuah gereja mahasiswa. Dengan demikian akan diperoleh suatu keleluasaan gerak bagi umat katolik UNPAR untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai kaum intelektualitas kristiani, langsung di bawah bimbingan gembalanya: Bapa Uskup Bandung.
Bentuk-bentuk kegiatan kerasulan yang dapat dikembangkan cukup banyak, namun untuk menemukan mana yang paling memenuhi aspirasi umat, perlu diadakan banyak proses dan forum dialog yang dapat membangkitkan kreativitas umat.
Secara rutin perlu diadakan kegiatan umum yang bersifat membina kesatuan komunitas katolik UNPAR (seperti misa kudus, rekoleksi, retret dan ziarah). Perlu pula dikembangkan banyak kegiatan khusus untuk membina iman dan penalaran pada kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan fungsi, minat, unit, atau bidang keilmuan (seperti kelompok diskusi, latihan kepemimpinan, bible camp, ibadat sabda, dan sebagainya). Pada prinsipnya kegiatan-kegiatan rutin maupun insidental yang kini telah hidup dan berkembang di kalangan umat katolik UNPAR akan lebih dikoordinasikan dan dikembangkan lebih lanjut. Guna memperlancar komunikasi, perlu diterbitkan suatu buletin informaasi secara rutin, serta perlu dibina suatu jaringan kontak personal yang baik, yang dapat menjangkau seluruh lapisan umat katolik UNPAR secara cepat dan menyeluruh (misalnya melalui mailing list).
Untuk mendukung semua kegiatan seperti tersebut di atas diperlukan sejumlah dana yang mencukupi. Bantuan dana dari pihak lain (seperti lembaga UNPAR, APTIK, Keuskupan Bandung, donatur dan sponsor) tentu sangat dibutuhkan, terutama untuk mendukung kegiatan-kegiatan besar yang memerlukan dana yang tidak sedikit. Namun demikian, lambat laun dan sedikit demi sedikit umat katolik UNPAR harus dapat menunjukkan kemandiriannya, bahkan suatu waktu kelak harus dapat membantu Gereja dan umat katolik yang lebih luas lagi. Oleh karena itu bentuk dana kolektif harus mulai dihimpun secara rutin, yang sifatnya sukarela, dikumpulkan secara informal dari anggota umat sendiri, dan dipertanggung jawabkan secara terbuka kepada seluruh umat. Dana solidaritas umat ini akan digunakan untuk membiaya pengeluaran rutin (seperti penerbitan buletin, sumbangan sosial gerejani, rapat-rapat koordinasi, pertemuan kelompok), dan untuk menyokong sebagian kebutuhan dana penyelenggaraan kegiatan-kegiatan besar lainnya.
Usaha-usaha kaum awam dari bawah ini tentu tidak akan lancar dan efektif bila tidak memperoleh dukungan dan bimbingan dari pihak institusi UNPAR sendiri (yayasan dan pimpinan universitas), dari pihak hirarki gerejani Keuskupan Bandung (Uskup, Provinsial dan kaum rohaniwan-rohaniwati), dan dari umatnya sendiri. Selain itu harus pula disadari, bahwa usaha pembinaan iman dan pembinaan komunitas adalah suatu proses yang harus terus menerus dijaga kesinambungannya, agar tidak kehilangan – bahkan dapat menciptakan – banyak momentum yang sangat berharga. Tepat seperti gelora samudera, terjadi dari gemuruh ombak-ombaknya, demikian juga kesucian karya merasul itu dibangun dengan keutamaan-keutamaan pribadi kita.
Semoga Tuhan memberkati dan menjaga api yang telah mulai menyala ini, sebab hanya bagi-Nya semua ini diusahakan dan dipersembahkan.
Amin.
Saya bersyukur SPUKAT tetap hidup, tumbuh, dan berkembang, dan "manifesto" ini masih tetap relevan hingga sekarang. Semoga berkat dan rahmat Nya selalu menyertai kita ..
BalasHapusjw
Kalimat-kalimat indah di atas adalah kalimat Pak JW 20 tahun yang lalu, yang masih membakar jiwa kami sampai saat ini.
BalasHapusTrimakasih atas semua bimbingan, semoga berkat Tuhan melimpahi Pak JW dan keluarga.
salam
is