Sabtu, 07 April 2012

Belinyu

Setelah 36 tahun kutinggalkan, akhirnya aku bisa melihat kembali kota Belinyu, sebuah kota kecil di Pulau Bangka Bagian Utara. Kota itu hanya kota kecamatan, tetapi menjadi ‘ramai’ karena ada pelabuhan di sana.


Pada bulan Januari 1975 aku mulai mengajar di SD. St. Agnes di kota Belinyu ini. Pada saat itu Belinyu adalah kota yang sepi. Sampai akhir 1976, Belinyu kutinggalkan untuk melanjutkan perantauan dan pencarian di kota Bandung, Jawa Barat.


Aku sangat bersyukur karena pada hari Sabtu, 24 Maret 2012, aku dapat berkunjung kembali di kota Belinyu. Walaupun hanya sebentar, tetapi seluruh bayangan, walau samar-samar, tercipta kembali.


Syukur tak terhingga kepada Bunda Maria, Pelindung Segala Bangsa, yang pasti telah menuntunku kembali ke Belinyu. Betapa tidak. Jika di sana tidak bertahta Bunda Maria dalam sebuah Gua yang sangat bagus, di tengah pelataran dan taman yang terawat rapih, aku mungkin takkan pernah sampai sana.

Terima kasih, O Bunda Kudus...

Setelah doa Jalan Salib dan doa pribadi, baik di Gua maupun di Bilik Hening, kami bertujuh menikmati Bakmi Pelangi Belinyu. Dari situ kami meluncur ke Pelabuhan, sekedar menghidupkan kenangan yang telah memudar, samar-samar.


Mobil meluncur ke arah Pangkalpinang melewati Hotel Citra di Jl. Jendal Sudirman Sungailiat, tempat kami menginap malam sebelumnya. Istirahat sejenak di Raja Laut untuk menyantap sabu, kami langsung ke Pantai Matras, Pantai Rebo, Shaolin Temple dan terakhir mengunjungi Tempat Ibadah Dewi Kuan Yin.


Sampai Hotel Puri di Pangkalpinang sudah jam 20.00 lebih, tidak kuat lagi keluar selain istirahat total di sana.

Setelah mengikuti ekaristi di Katedral jam 08.00, pada hari minggu itu kami mencari-cari yang aneh di Pangkalpinang. Sempat beli jajanan pasar, kue-kue basah, dan akhirnya kami sampai pada pusat oleh-oleh dari Bangka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar