Sebagai manusia biasa kami sedih karena yang ikut ziarah-rekoleksi kali ini hanya sedikit, 33 orang. Tetapi kesadaran rohani kami sangat dapat memahani kondisi masa kini. Bahkan pantaslah bersyukur bahwa dari persiapan, keberangkatan, pelaksanaan zirek di La Verna, Padang Bulan, Lampung, sampai pulang kembali ke Bandung dapat berjalan dengan sukses dan sangat lancar.
Berangkat dari depan kampus, Kamis, pk. 14.45, sempat macet di dalam kota Jakarta, sampai di Merak pk. 20.30. Istirahat makan malam di Simpang Raya 30 menit saja, karena mengejar kapal yang paling bagus, yang akan berangkat pk. 21.30.
Syukur pada Allah, kami dapat naik kapal bagus dan bersih itu. Dua jam kemudian, kami telah mendarat di Bakauheni, Lampung, tanah Sumatera. Dengan sangat lancar kami meneruskan perjalanan menuju La Verna. Dan sampai La Verna pk.03.30, masih sempat meneruskan tidur sampai pk. 07.00. Setelah sarapan, acara pertama di mulai pada pk. 08.00.
Kesusksesan acara sudah tampak mulai dari awalnya. Acara perkenalan yang dipimpin oleh Sr. Marieta sudah membawa peserta dalam keasikannya. Memasuki acara inti, yang dibawakan oleh Romo Djoko Susilo, SCJ alias Romo Lilo, alias Romli SCJ, dimana tema Salib dikupas, direnungkan dan direfleksikan, para peserta dipuaskan dahaganya.
Sesi ketiga, masih oleh Romo Lilo, diselingi lagu-lagu oleh Suster-suster FSGM, masih sangat menarik para peserta. Tanya-jawab, sharing sangat hidup, sampai kekurangan waktu.
Setelah istirahat “siesta” sejenak, pk. 16.00 diisi dengan acara out-door. Ada 4 permainan yang sangat menggugah peserta yang dibagi dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompok harus menyelesaikan 4 macam permainan yang menekankan kekompakan kelompok, kerjasama, leader, dan team-work.
Pada malam harinya, acara Jalan Salib. Semua terlibat aktif dan khusuk. Beberapa Suster juga larut di dalamnya. Sesampai di Gua Maria, kami sudah disuguhi rengunan-renungan yang sangat mengesankan oleh para Suster, Romo dan beberapa pemuda anggota tim pendamping rekoleksi.
Puncaknya adalah doa/upacara cahaya. Diawali oleh “ketua” spukat yang menyalakan lilin dari lilin yang ada di tengah-tengah lingkaran peserta, ia mendekati seseorang untuk menyalakan lilin di tangannya sambil mendoakan orang tersebut. Demikian orang yang didoakan dan dinyalakan lilinnya itu juga mendoakan seseorang sambil menyalakan lilin yang ada di tangan seseorang tersebut. Sampai orang terakhir, iapun mendoakan orang yang pertama.
Upacara cahaya ditutup dengan peletakan lilin di tengah-tengan lingkaran. Peletakan lilinnya dilakukan satu-persatu, sesuai dengan yang ada dalam pikirannya akan dijadikan bentuk apakah lilin-lilin itu. Sampai orang terakhir, ternyata lilin-lilin itu berbentuk salib, yakni tema rekoleksi ini.
Setelah misa penutup esok harinya, Suster mengucapkan selamat jalan, dan kami berpamitan. Pada Sabtu, pk. 08.30, serempak mengucapkan :” Sayonara La Verna”, dan rombongan sampai kampus lagi pada Minggu dini hari, pk.01.00. Satu kesimpulan kebahagiaan ini adalah Cruce Signati, kami yang ditandai Salib.
Terima kasih Romo, terima kasih Suster.
Syukur pada-Mu, Gusti
Kapan-kapan kami pasti kembali….